Aku guru yang otonom?
Bapak Ibu guru yang budiman, di tengah dinamika dunia pendidikan yg terus berubah, kita dihadapkan pd tantangan yg tak hanya datang dari anak didik kita dan kurikulum, tetapi juga dari kebijakan & tren yg silih berganti degan cpat. Kita melihat dari perdebatan tentang kelanjutan UN hingga pertanyaan tentang perubahan kurikulum, & kekhawatiran akan keberlanjutan program² pendidikan yg sdng berjalan—semua ini kerap menguji keteguhan hati & arah diri kita sebagai guru. Namun, sejatinya, fitrah manusia, termasuk guru, adalah menjadi otonom. Sebagaimana dikatakan oleh para pakar, manusia dilahirkan dengn dorongan untuk mandiri, berpikir independen & mampu menentukan jalannya sendiri.
Menjadi guru otonom berarti memiliki komitmen untk mengenal dirinya sendiri. Ia menggali nilai² moral yg dipegang teguh sebagai landasan berpijak agar tidk terombang-ambing di tengah gelombang ketidakpastian. Sebagai guru harusnya tidak menyerah pd arus kerumunan yg hanya mengikuti instruksi tanpa pemikiran kritis, tetapi memiliki pendirian yg kokoh. Kita mengerti bahwa, lebih dari sekadar dokumen² kurikulum, kurikulum sejati adalah diri kita sendiri—bagaimana kita menghidupkan ilmu di dalam kelas, memotivasi dan menginspirasi siswa kita, dan menanamkan nilai² kehidupan.
Di era di mana kebijakan bisa berubah kapan saja, guru yang mandiri & merdeka mampu berdiri teguh tanpa harus cemas akan kelangsungan program² pendidikan. Mereka tidk mengandalkan instruksi sepenuhnya, melainkan mengambil inisiatif untk menciptakan pembelajaran yg bermakna. Sikap ini bukan berarti menolak perubahan, tetapi justru menjadikannya kesempatan untk belajar, berkembang, dan memperkaya praktik pengajaran.
Guru otonom memahami bahwa kritik adalah bagian dari perjalanan menuju perbaikan, bukan ancaman bagi marwah atau label² profesi kita.
Dengan mengenali & memelihara nilai² moral dalam hidup kita, kita mampu menjalankan fungsi mulia guru : membimbing & mendidik anak didik kita degan penuh integritas. Guru yg merdeka membawa martabat dalam peran kita, menjadi teladan bagi siswa dalam hal keteguhan hati, keberanian berpikir, bertindak dengan tanggung jawab.
Marwah kita mulia bukan hanya melalui sertifikasi, label² pada diri kita atau program pemerintah, tetapi melalui dedikasi dalm menjalankan fungsi kita dengan baik—menghadirkan pendidikan yg tidak hanya sekadar penyampai informatif tetapi juga sebagai bagian dari transformatif peradaban bangsa.
Mari kita renungkan bersama, sudahkah kita menjadi guru yang otonom dan merdeka?
#gurumeraki
#guruotonom
#kembalimendidikmanusia
#gerakansekolahmenyenangkan
0 comments:
Post a Comment